Apa yang Membedakan Warna Darah Bangsa Palestina?

Masyarakat regional Timur Tengah akan bertanya, apakah serangan ke Gaza dan pembunuhan massal perempuan dan anak Palestina adalah sebuah demokrasi sehingga para syeikh penguasa rezim Arab memilih bungkam? Di saat mereka membungkus demokrasi untuk Suriah sedemikian parah sehingga harus mendukung Al-Qaeda untuk mewujudkannya.

Emir Qatar, Syeikh Hamad bin Khalifa al-Thani, baru beberapa pekan lalu berkunjung ke Gaza di saat lebih dari enam tahun warga wilayah itu menghadapi blokade biadab rezim Zionis dan kira-kira empat tahun menderita setelah serangan Israel dalam Perang 22 Hari.

Termasuk di antara poin menarik dalam kunjungan tersebut adalah bahwa penjagaan terhadap Emir Qatar ditangani langsung oleh militer rezim Zionis Israel dan yang lebih menarik lagi adalah pernyataan PM Palestina di Gaza, Ismail Haniyah yang menyebut Emir Qatar sebagai "pendukung muqawama Palestina" dan "pemimpin dunia Arab." Selang beberapa waktu berlalu, kritik dan protes dari pihak Palestina mengalir menyoal kunjungan Emir Qatar.

Muncul pertanyaan dalam masyarakat muqawama Palestina, di mana posisi Emir Qatar dan para syeikh penguasa rezim Arab dalam muqawama dan sampai pada batas mana mereka mendukungnya?

Bagi opini regional dan muqawama telah terbukti bahwa kunjungan Emir Qatar ke Gaza yang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan, ternyata merupakan kedok yang menutupi peran berdarah rezim al-Thani di kawasan. Yaitu peran antagonis Qatar untuk menyulut krisis di Suriah dan spionase Doha untuk Amerika Serikat dan Israel.

Dimulainya serangan jet-jet tempur Israel ke Gaza pada hari Rabu (14/11), opini publik di kawasan kembali tertuju pada Perang 22 Hari tahun 2008. Dalam serangan tak seimbang dan sadis itu, Gaza banjir darah sementara para penguasa Arab bahkan enggan merepotkan diri untuk mengecam. Kebungkaman mereka adalah persetujuan terhadap brutalitas rezim Zionis terhadap warga Palestina. Hal yang sama juga berlaku untuk instabilitas yang terjadi di Suriah.

Masyarakat muqawama di kawasan sekarang juga menyoal peran Presiden Mesir, Muhammad Mursi dalam kondisi saat ini. Sebelumnya dia menyatakan bahwa jika terjadi serangan Israel ke Gaza, maka Kairo akan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Pertanyaannya adalah apa yang sudah dilakukan oleh Mursi untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza.

Apakah serangan ke Gaza serta pembunuhan massal perempuan dan anak-anak Palestina oleh Israel itu merupakan penegakan demokrasi sehingga para penguasa Arab harus bungkam dan tidak bertindak.

Yang pasti, berbagai peristiwa di Gaza dalam beberapa hari mendatang akan menyingkap posisi para penguasa negara-negara Arab khususnya Arab Saudi dan Qatar dalam opini publik regional khusus di antara rakyat Palestina. Apakah jeritan anak-anak Gaza tidak memalukan bagi para penguasa Arab? Apakah darah warga tak berdosa Palestina berbeda warna dengan darah para penguasa Arab yang juga sama-sama Muslim?
sumber :indonesian irib

Postingan populer dari blog ini

orgasme wanita muncrat ,Membuat Wanita Muncrat saat Ejakulasi Squirting

persyaratan pendaftaran fakultas kedokteran dan kesehatan tahun Akademik 2014-2015