Naskah Islam Klasik Nusantara, Dari Aceh hingga Buton


Hikayat Raja-Raja Pasai merupakan karya dalam bahasa Melayu yang bercerita tentang kerajaan Islam pertama di nusantara, yaitu Samudra Pasai.

Dalam hikayat ini, Merah Silu bermimpi bertemu Nabi Muhammad yang kemudian mengislamkannya. Merah Silu kemudian menjadi Sultan Pasai pertama dengan nama Malik Al-Saleh.

Hikayat ini juga mencakup masa dari berdirinya Kesultanan Samudra Pasai sampai penaklukan oleh Kerajaan Majapahit. Karya seperti ini, menurut Prof Uka, bermanfaat untuk mengkaji model pemerintahan yang tepat menurut Islam.

Hal yang sama juga diungkapkan Nindya Noegraha, Kepala Bidang Koleksi Khusus Perpustakaan Nasional. Menurutnya, naskah-naskah Islam karya para ulama terdahulu itu banyak berisi kisah dan ajaran agama.

Ia menyebutkan, naskah klasik itu di antaranya berisi tentang ketuhanan, ajaran budi pekerti, sejarah, cerita rakyat, hikayat, teknologi, pengobatan, mantra, sastra, jimat, syair, politik, pemerintahan, undang-undang, hukum adat, hikayat, dan sebagainya.

Dalam melahirkan karya tulis, para ulama nusantara yang hidup pada abad ke-13 hingga ke-17 M ini tidak hanya berfokus pada masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan ritual ibadah.

Banyak di antara hasil karya mereka yang mengulas kondisi sosial masyarakat dan model perekonomian yang berlaku pada saat itu sehingga bermanfaat untuk mengkaji model pembangunan ekonomi yang tepat pada masa sekarang.

Demikian juga karya-karya mereka mengenai metode pengobatan yang digunakan pada masa itu, yang bisa dijadikan rujukan dalam mengembangkan model pengobatan tradisional yang bersumber dari ajaran Islam atau tradisi pada masa Rasulullah.

Kondisi sosial dan budaya masyarakat nusantara yang beraneka ragam juga menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para ulama dalam menyebarkan Islam. Pada masa itu, para ulama tidak langsung menggunakan bahasa dan tulisan Arab yang belum dikenal masyarakat.

Mereka mengenalkan ajaran Islam dengan bahasa daerah dan ditulis dengan huruf Jawi, bahasa Melayu, ataupun bahasa masyarakat setempat. Hamzah Fansuri menulis, ''Aku menerjemahkan kitab-kitab dari bahasa Arab dan Persia ke dalam bahasa Jawi karena masyarakat tidak mengerti bahasa Arab dan Persia.''

Perbedaan cara penulisan dan pengunaan bahasa ini, menurut Prof Uka, membuktikan bahwa penyebaran Islam di nusantara dilakukan secara bertahap. “Proses yang sistematis ini bertujuan agar tidak menimbulkan gejolak sosial,” katanya.

Penggunaan huruf Jawi atau Pegon dengan bahasa Melayu atau bahasa daerah setempat dalam penulisan kitab oleh para ulama ini hanya berlangsung sampai abad ke-16. Setelah memasuki abad ke-17, mulai banyak karya ulama yang menggunakan bahasa dan tulisan Arab, di samping bahasa Melayu.

Pada abad ini, juga mulai banyak karya terjemahan dari para ulama Timur Tengah. Pola seperti ini dinilai Prof Uka sebagai bentuk strategi penyebaran Islam pada saat itu. Karya para ulama itu bisa dibaca oleh masyarakat umum hingga Islam pun cepat menyebar ke seluruh nusantara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

orgasme wanita muncrat ,Membuat Wanita Muncrat saat Ejakulasi Squirting

persyaratan pendaftaran fakultas kedokteran dan kesehatan tahun Akademik 2014-2015