Pesantren Sunny Di Tengah Masyarakat Bermadzhab Syi'ah

Selama di Iran, selain   mengunjungi Khauzah Ilmiah,  madrasah,  dan juga perguruan tinggi yang bermadzah Syi’ab,  saya juga diundang untuk  bersillaturrahmi ke  pesantren pengikut  Madzhab Sunny. Memang dilihat dari madzhabnya,  masyarakat Iran bertolak belakang  dari masyarakat Islam di Indonesia. Mayoritas umat Islam di Iran  adalah pengikut Syi’ah,   namun ada juga  sedikit  yang mengikut  madzhab sunny. Sebaliknya  di Indonesia, mayoritas  mengikuti madzhab  Sunny, tetapi  juga  ada, sekalipun jumlahnya tidak banyak,  yang mengikuti madzhab Syi’ah.

Lembaga pendidikan Islam berupa pesantren pengikut Sunny yang saya kunjungi dimaksud  adalah Darul Ulum lita’limil Qur’an wa Sunnah,  berada di Khurazan, yaitu arah timur  dari kota Teheran, berjarak kira-kira  900 km, sehingga  dapat ditempuh selama satu jam dengan pesawat terbang dan  masih harus  ditambah  perjalanan dengan mobil sekitar satu setengah jam lagi.   Tempat di mana pesantren ini berada, lebih mengesankan sebagai wilayah pedesaan. Kesan saya, keadaan lembaga pendidikan Islam di Khurazan ini  terasa mirip dengan kebanyakan pesantren di Indonesia.     

Di  di wilayah Khurazan,  nama Imam Al Ghazali sangat dikenal. Untuk menuju daerah Thus, di mana ulama besar pengarang Kitab Ihya’ Ulumuddin  itu dilahirkan dan sekaligus juga tempat wafatnya, dari  pesantren dimaksud tidak terlalu jauh. Menurut informasi  yang disampaikan oleh pimpinan pesantren yang saya kunjungi, bahwa  untuk sampai di makam Imam al Ghazali  hanya memerlukan waktu beberapa  menit saja. Namun oleh karena keterbatasan waktu, saya dan rombongan tidak mungkin berziarah di makam ulama besar  yang sangat dihormati oleh umat Islam di Indonesia dimaksud.

Di daerah Khurazan tidak semua umat Islam menjadi  penganut Sunny. Sebagaimana umat Islam di Iran  pada umumnya,  adalah  mengikuti  madzhab Syi’ah. Namun demikian,  hubungan di antara umat Islam yang berbeda madzhab tersebut    terjalin dengan baik. Tatkala mendengar kabar  bahwa pondok pesantren Darul Ulum li Ta’limin Qur’an wa Sunnah kedatangan tamu dari Indonesia, maka ulama Syi’ah juga  diundang dan hadir  ke  tempat itu untuk bersama-sama menyambut dan memberi penghormatan.

Pengasuh pesantren pengikut  madzhab Sunny, sebagai tuan rumah  juga  menjelaskan bahwa, perbedaan madzhab di wilayah Khurazan  tidak menjadikan umat Islam berpecah belah. Sekalipun berbeda madzhab,  di antara mereka  berhasil menjalin kerukunan dan saling menghormati. Pimpinan pesantren ini memberikan contoh kerukunan itu, ialah misalnya  di  dalam memperingati  hari kelahiran Nabi Muhammad, saw. Menurut keyakinan madzhab Sunny, Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sementara Madzhab Syi’ah meyakini bahwa, kelahiran  itu jatuh  pada tanggal 17  pada bulan yang sama.

Perbedaan keyakinan tersebut tidak  melahirkan masalah. Keduanya berhasil memahami dan juga  menghormati.  Ketika umat Islam bermadzhab Sunny memperingati hari kelahiran  Nabi Muhammam pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, maka pengikut madzhab Syi’ah diundang dan juga datang. Demikian pula sebaliknya, ketika pengikut Madzhab Syi’ah memperingati hari kelahiran Rasulullah itu   pada tanggal 17 pada bulan yang sama, maka pengikut Madzhab  Sunny juga diundang dan hadir.  Masing-masing mengetahui atas perbedaan itu, namun tidak menjadikan di antara mereka saling membenci dan apalagi memusuhi.

Pesantren Darul Ulum li Taklimil Qur’an wa Sunnah yang ada di Khurazan tersebut dipimpin oleh seorang ulama  yang tampak  kharismatik  dan dibantu oleh beberapa asatidz. Sama dengan  di Indonesia, pesantren yang berjarak sekitar 900 km arah timur dari kota Teheran itu  juga terdiri  atas  masjid, ruang belajar, dan tempat menginap para santri. Dari pesantren ini juga tampak gambaran  kesederhaannya, kemandirian para santri, dan juga kitab kuning yang dipelajari  pada setiap hari.

Hal yang  agaknya  mungkin saja berbeda dari  pesantren di Indonesia, ------sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh  pengasuh pesantren Darul Ulum li  Ta’limil Qur’an wa Sunnah ini, adalah   bahwa sehari-hari jenis dan kualitas makanan bagi semua    warga pesantren, baik pengasuh, asatidz, dan santrinya adalah sama.  Tidak terkecuali,   jamuan makan  yang diberikan kepada tamu, ----termasuk  kepada  saya dan rombongan, menurut penuturan pengasuhnya,  tidak berbeda dari makanan para santri.  Nilai kebersamaan selalu diwujudkan  di pesantren ini.   

Pesantren  bermadzhab Sunny yang berada di tengah-tengah  mayoritas bermadzhab Syi’ah ternyata tidak merasa  terganggu. Di antara mereka terbangun saling berkomuniukasi dan bahkan juga  saling membantu.  Informasi tentang kedatangan tamu dari Indonesia juga  diperoleh dari  Ulama’ Syi’ah yang mengundang. Kedatangan saya dan  rombongan ke Pesantren pengikut Madzhab Sunny di Khurazan dimaksud,  dijemput oleh pengasuhnya sendiri ke Kota Masyhad, tempat  saya menginap,  dan juga  mengajak serta bPimpinan Lembaga Takrib bainal Madzahib  yang  bermadzhab  Syi’ah. Melalui contoh ini, adanya perbedaan madzhab,  ternyata  tidak menghalangi   pelaksanaan ajaran Islam yang mengharuskan agar di antara sesama selalu bersatu dan saling mengasihi. Wallahu a’lam   
sumber : old.uin-malang.ac.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

orgasme wanita muncrat ,Membuat Wanita Muncrat saat Ejakulasi Squirting

persyaratan pendaftaran fakultas kedokteran dan kesehatan tahun Akademik 2014-2015