HARI-HARI AKHIR ISRAEL YG SUDAH DEKAT



Pada tgl 12 September lalu saya membaca di sebuah media massa online Iran pernyataan Presiden Iran Ahmadinejad bahwa Israel telah memasuki "hari-hari akhir". Secara aneh pada hari yang sama saya juga melihat pernyataan yang sama dari Gilad Atzmon, seorang pejuang hak-hak Palestina berdarah yahudi yang tinggal di Inggris.

"Israel, The Day After". Begitu judul tulisan Atzmon di blog miliknya yang terkenal, "gilad.co.uk", yang dipostingkan tgl 12 September lalu. Sebagaimana biasanya, tulisan-tulisan Gilad sangat "menohok" para zionis. Tidak saja karena gaya bahasanya yang lugas, namun terlebih lagi karena kebenarannya berdasarkan pengetahuannya yang mendalam tentang sejarah, watak dan kharakter orang-orang yahudi sendiri.

"Following Netanyahu, Barak and AIPAC’s relentless push for Armageddon, and bearing in mind that collective suicidal narratives such as Samson and Masada are so precious within the Zionist and Israeli discourses, we should stay on high alert." Itulah sebagian dari isi tulisan tersebut.

Samson adalah seorang "nabi"-nya orang-orang Israel. Ia melakukan aksi bunuh diri sebagai misi terakhirnya melawan musuh-musuh Israel. Sedangkan Masada adalah benteng terakhir orang-orang yahudi dalam pemberontakan bersenjata melawan Romawi. Setelah berbulan-bulan mengalami penderitaan akibat kepungan tentara Romawi, orang-orang dalam benteng memutuskan melakukan aksi bunuh diri massal sebagai misi terahir mereka.
Atzmon mengingatkan kepada kita semua bahwa Israel akan meniru Samson dan orang-orang yahudi di Masada dalam misi terakhirnya. Namun, sebagaimana Samson menghancurkan musuh-musuh Israel bersama kematiannya, Israel pun akan menghancurkan dunia bersama kehancurannya sendiri. Perlu diingat bahwa Israel memiliki ratusan hulu ledak nuklir dan beberapa tokoh garis keras Israel pernah mengancam dunia dengan nuklir.

Tulisan Gilad dilandasi oleh tulisan seoran yahudi lainnya, Daniel Gordis, dalam situs "Tablemag.com". Dalam tulisanya Gordis mengkritisi tentang "kehancuran negara Israel yang tak terhindarkan" dan konsekuensinya bagi masyarakat yahudi di seluruh dunia terutama Amerika. Tulisan itu, menurut Gilad, telah menggambarkan dengan tepat identitas politik, budaya dan psikologi massal masyarakat yahudi.

Tulisan Gordis dipicu oleh kekhawatirannya akibat menurunnya perhatian warga muda yahudi di Amerika terhadap eksistensi negara Israel sebagaimana ditunjukkan oleh sebuah "pooling". Jajak pendapat itu menunjukkan bahwa 50 persen kaum yahudi Amerika (berusia 35 tahun atau kurang) menganggap kehancuran Israel bukan sebagai sebuah tragedi.

Menurut Gilad, hal itu disebabkan kaum muda yahudi diaspora (di luar Israel) merasa sangat percaya diri dengan kekuatan mereka (yahudi) baik di bidang politik dan ekonomi. Terlebih dengan adanya kekuatan militer Amerika yang melindungi mereka. Namun sejarah berkata lain. Justru setelah orang-orang yahudi meresa kuat dan nyaman, kehancuran ternyata telah menunggu mereka. Ini terjadi ketika orang-orang Katholik Spanyol membantai mereka setelah selama ratusan tahun hidup aman damai di bawah perlindungan orang-orang Islam. Juga ketika orang-orang yahudi menemukan "surga" di Jerman sebelum munculnya Hitler. Saya (blogger) menambahkan contoh lain, yaitu ketika orang-orang Mesir menindas mereka setelah sebelumnya orang-orang yahudi hidup nyaman di Mesir di bawah perlindungan Nabi Yusuf (Joseph).

Tulisan Gordis, menurut Gilad, menunjukkan apa yang disebutnya sebagai kondisi kejiwaan "Pre Traumatic Stress Disorder" yang melanda orang-orang yahudi modern. Inilah kondisi dimana orang-orang yahudi secara kolektif memiliki tendensi untuk secara kultural, spiritual, dan politik, dibentuk oleh fantasi, gambaran, masadepan dan peristiwa-peristiwa traumatis.

"Politik yahudi selalu dibentuk oleh trauma atas masa depan," tulis Gilad. "Bukan masa lalu yang mempersatukan kaum yahudi, melainkan masa depanlah yang mempersatukannya," tambahnya.

Menurut Gordis kekuatan kaum yahudi global disebabkan oleh faktor keberadaan negara Israel yang telah menyatukan mereka. Namun justru dalam kekuatan yang kini dimiliki, kaum yahudi justru merasa tidak membutuhkan Israel.

“Israel telah mengubah kondisi kaum yahudi di semua tempat di dunia, termasuk Amerika. Tanpa Israel, kepercayaan diri dan rasa memiliki kaum yahudi Amerika akan menghilang dengan cepat," tulis Gordis sebagaimana dikuti oleh Gilad.

Dan justru hal inilah yang tengah menanti orang-orang yahudi. Kehancuran negara Israel yang akan diikuti dengan kehancuran eksistensi yahudi di seluruh dunia.

Kejayaan kaum yahudi saat ini tengah menuju ke titik akhir yang tak terhindarkan. Pertanyaannya adalah, apakah para pemimpin yahudi dan Israel akan membiarkan dunia tetap utuh, atau menghancurkannya bersama kehancuran Israel sebagaimana Samson dan orang-orang Masada. Dengan ratusan hulu ledak nuklir yang dimiliki Israel serta penyakit "Pre Traumatic Stress Disorder" yang melekat pada orang-orang Israel, tampaknya kemungkinan kedua-lah yang akan terjadi.

Postingan populer dari blog ini

orgasme wanita muncrat ,Membuat Wanita Muncrat saat Ejakulasi Squirting

persyaratan pendaftaran fakultas kedokteran dan kesehatan tahun Akademik 2014-2015