‘Aceh Akan Berontak Lagi Bila Jakarta Masih Tak Adil’

Gerakan perlawanan rakyat Aceh terhadap Jakarta dikhawatirkan akan terulang lagi bila pemerintah pusat masih melukai daerah ini dengan ketidakadilan sebagaimana sejarah kelam di masa lalu.

Hal itu mengemuka dalam diskusi tentang Nasionalisme Pemuda Aceh dalam Ranah Negara Indonesia, yang digelar Lembaga Independen Pemberdayaan Masyarakat Gampong (Lipmaga) Aceh bekerja sama dengan Ditjen Kesbangpol Kemendagri, di Kana Dapu, Lhokseumawe, Jumat (3/6) sore. Diskusi yang diikuti mahasiswa, LSM dan elemen masyarakat ini menampilkan pembicara, Antropolog Teuku Kemal Fasya, anggota DPR RI asal Aceh Muslem, dan tokoh pemuda Baharuddin. Ikut hadir Ketua DPRK Lhokseumawe Saifuddin Yunus dan mantan Pj Wali Kota Lhokseumawe Rahmatsyah.

Sepanjang sesi diskusi yang berlangsung ‘memanas’ itu, para peserta dari kalangan mahasiswa, termasuk Ketua DPRK Lhokseumawe Saifuddin Yunus menyoroti sikap dan kebijakan pemerintah pusat di masa lalu yang dinilai melukai rakyat Aceh dengan ketidakadilan. Padahal Aceh telah berjasa besar dalam memerdekakan Republik Indonesia dari penjajahan negara lain. “Rakyat Aceh sudah memberikan semua yang dimilikinya untuk kemerdekaan Indonesia, nasionalisme Aceh untuk Jakarta sangat besar. Tapi kemudian, apa yang diberikan Jakarta untuk Aceh. Warga Blang Lancang (Lhokseumawe) yang sudah puluhan tahun digusur, sampai sekarang tidak memperoleh resettlement,” kata Saifuddin Yunus alias Pon Pang.

Mahasiswa Fisip Unimal, Refky Bentara, mengatakan, Aceh melawan Jakarta karena ketidakadilan. Sumber daya alam seperti minyak dan gas, kata dia, dikeruk secara besar-besaran dari bumi Aceh. Namun hanya sebagian kecil hasil alam tersebut dikembalikan untuk daerah penghasil, sehingga kehidupan masyarakat di sekitar ladang migas tetap terpuruk selama puluhan tahun.

“Sila keadilan yang tercantum dalam Pancasila tidak berfungsi. Orang kaya dan rakyat miskin selalu hidup terpisah-pisah. Damai di Aceh juga tidak berarti kalau rakyat masih lapar. Jika ketidakadilan masih saja diperlakukan oleh Jakarta terhadap Aceh, maka bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan, generasi Aceh seperti kami ini nantinya akan ikut memberontak,” kata Refky Bentara.

Dosen Unimal Rusyidi Abubakar menyatakan nasionalisme sudah berakhir sejak pendiri republik ini mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Yang harus dilanjutkan oleh generasi pascakemerdekaan, kata dia, bagaimana membangun bangsa dengan kejujuran, keikhlasan, keterbukaan, kepedulian, kerja sama yang baik, bermoral dan tidak melakukan korupsi. “Kalau masih terjadi korupsi di segala lini, jangan harap kita bisa bangkit untuk maju,” katanya.

Sementara Teuku Kemal Fasya menyebutkan ada kesalahan besar yang dilakukan pemerintah di masa lalu. Di mana, Presiden Soeharto memanfaatkan Pancasila untuk kepentingan politiknya, sehingga ketika Aceh mengkritik Jakarta, dibalas dengan mengirim militer ke Aceh. “Mengapa sebagian orang Aceh trauma bila mendengar Pancasila, karena orang Aceh mengalami perlakuan buruk. Ketika tidak bisa menghafal dengan baik lima sila Pancasila, mereka direndam dalam air,” kata Kemal yang juga peneliti Aceh Institute ini.

Menurut Kemal, sejarah buruk yang dialami Aceh pada masa lalu, sebagian besar merupakan kesalahan Jakarta, di antaranya pemberlakukan Daerah Operasi Militer. “Pemberontakan di Aceh karena Jakarta yang kurang ajar. Karena itu, pengungkapan kebenaran masa lalu jauh lebih penting. Dan, ini baru bisa terjadi kalau dibentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi,” katanya.
sumber : harian aceh 4 juni 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

orgasme wanita muncrat ,Membuat Wanita Muncrat saat Ejakulasi Squirting

persyaratan pendaftaran fakultas kedokteran dan kesehatan tahun Akademik 2014-2015